Jumat, 27 Desember 2013

in the heart of Lyon



Panggilannya Lyon. Lyon, berasa kayak lion, singa ya? Soalnya warnanya emang ada coklat-coklat gt kayak singa. Lagian kan singa tuh keren, identik sama raja. bukan raja hutan ya, setahuku singa nggak hidup di hutan.Lyon adalah sebuah kota di dengan penduduk muslim terbesar di Perancis, keren kan? itu sewaktu dia datang ke rumah, semoga sekarang masih ya. Oia, Lyon tuh bacanya liong loh ya..

Sekarang dia udah nggak ada, udah pergi selamanya. Banyak banget kenangan bareng Lyon, semuanya baik, nggak ada yang buruk. I love you Lyon

Dulu tuh Lyon kecil bgt, kayaknya muat klo digenggam pake tangan. Imut-imut, nggemesin, pengen diremes, tapi ntar dia mati klo digituin. Bulunya jabrik-jabrik warna putih dan coklat oranye kayak singa. Ekornya panjang, jarang-jarang aku punya kucing yang ekornya panjang, biasanya ekornya pendek mulu. Dulu pas masih kecil bgt, perutnya buncit, jadi klo mau jilatin perut, punggung ato kaki, pasti jadinya malah guling-guling sendiri, soalnya perutnya gak bisa ditekuk.

Dari kecil udah aku mandiin, jadi dia nggak terlalu takut sama air. Mandiin kucing tuh nggak boleh sering-sering, justru bahaya. Kucing kan emang dari sononya benci aer, (kecuali kucing Turkish Van) klo keseringan mandi bisa-bisa dia sakit gmn?

Makanannya tuh termasuk unik loh. Heran aku sama nih kucing. Dia kalo di belakang rumah, suka makan rumput. Emang sih, kucing kadang emang suka makan rumput, tapi kayaknya Lyon tuh nikmat bgt klo pas makan rumput. Trus lagi, dia lebih milih makan tahu ato tempe daripada makan yang lain. Kalo masalah ikan asin sih dia doyan, tapi harus digoreng dulu. Wortel dari sayur sop aja dia doyan. Lyon juga suka roti, terutama roti bolu. Apem juga doyan. Dia suka makan jagung.


Dia juga nyari makanan sendiri, tiga besar yang suka dia tangkep: yang pertama cicak. Geli sendiri deh klo dia nangkap cicak, soalnya pasti ntar buntutnya lepas. Trus yang kedua, bunglon. Lucu aja sih, soalnya bunglonnya warnanya jadi macem-macem pas digigit Lyon. Trus yang ketiga, tikus. Wah, kalo makan tikus, sering nggak dihabisin.  Diantara semua tangkapannya, ada persamaan, yaitu pasti dimaenin dulu sebelum dimakan. Jadinya malah pada lari-lari gak jelas, trus dikejar, dimaenin lagi, pas udah puas maen, baru dimakan. Dia juga sering laporan klo dapet mangsa. Meang meong bikin berisik serumah buat ngasih tau klo dia dapet sesuatu. Kadang dia mau berbagi juga, sengaja disisain, trus ditunjukin deh klo itu buat berbagi. Tapi emmmm, gak mau lah! Akhirnya ya dia makan sendiri sampe habis.

Kalo ada anak ayam, nggak usah khawatir bakal dimangsa sama Lyon. Lha, dia aja takut sama ayam. Jauh-jauh deh kalo sama ayam.

Dia harus minum di wadahnya sendiri, harus pakai air baru tiap kali minum.

Dia kucing yang bersih

Kebiasaan Lyon tiap hari: tidur dari pagi sampe magrib. Trus klo malem maen. Mungkin dugem...

Dia kucing genduuuuuuuut!!!!

Dia suka bangunin aku kalau, kayaknya mau bilang kalau tidur itu nggak boleh kelamaan. Jariku digigit-gigit sampai bangun, tapi nggak sampai luka tuh. Dia juga suka nemenin kalau solat, selalu malah. sekedar nungguin aja di sampingku sampai selesai. Pas wudhu juga dianterin, kalaupun dia lagi tidur pasti langsung bangun.

Dia nggak suka kalau aku terlalu asik baca koran. Bakal langsung digigitin sampe sobek itu korannya. Nggak tau kenapa. Mungkin kalo keasikan baca koran, nanti aku nggak mau main sama dia.


Lyon, entahlah. Masih banyak lagi yang ingin kutulis. Tapi aku keburu sedih kalau ingat waktu-waktu dulu. Sekarang kamu udah nggak ada lagi. Aku nggak bisa elus-elus kamu lagi. Aku nggak bisa gendong kamu lagi. Masih ada anak-anakmu di rumah. Tapi kamu spesial. Aku kangen dianterin wudu, ditemenin solat, dibangunin, aku kangen kamu..

in the heart of Lyon
i love you Lyon

catatan tentang hujan


Hujan itu romantis ya! Bau tanah yang khas dan menyegarkan, suara hujan yang bagaikan musik alam, udara dingin sejuk yang menenangkan, dan tentu saja pelangi saat hujan reda. Iya memang, romantis sekali, tapi entahlah..aku tidak suka hujan. Eitss..jangan dikira aku benci hujan, hanya kurang suka, karena menghambat mobilitasku. Hujan membuatku tidak bisa pergi kemana-mana, cucianku tidak kering, depan kamar kosku banjir gara gara ketampu, jalan depan kos banjir.. 

Tapi aku tidak mau berpikir negatif, mungkin hujan adalah pertanda dari Yang Kuasa agar aku istirahat, tidak terus-terusan berkegiatan, tidak sibuk terus, harus istirahat! Kalau tidak ada istirahat yang cukup, yakin sekali nanti aku akan sakit. Banyak yang bilang, hujan itu bikin sakit. Tapi menurutku hujan bikin sehat, karena saat hujan aku bisa istirahat dari rutinitas sok sibukku. Karena hujan, aku bisa membatalkan kegiatan-kegiatan yang aku ikuti. Sebenarnya aku benci ingkar janji, aku benci bila telah merencanakan untuk datang di suatu acara tapi harus membatalkannya. Tapi, kalau hujan...

gambar pemandangan


Untuk kebanyakan orang Indonesia, jika anda disuruh menggambar pemandangan, apa yang anda gambar? Gambar simetris dari dua buah gunung, dengan awan da matahari, ada jalan yang tepinya pepohonan, di kanan-kiri ada sawah. Begitu?

Saya memiliki pengalaman yang mengesalkan mengenai hal ini, sangat mengesalkan sampai sekarang. Kejadian itu adalah kejadian di saat masih duduk di kelas lima SD, sampai semester akhir kuliah S1 saat ini saya masih merasa sebal. Waktu itu saya mengikuti loma melukis untuk siswa SD. Saya sudah maju ke tingkat kecamatan, saya bersaing dengan tiga lainnya dari sekolah yang berbeda. Saya kalah, juara empat juara terakhir! Saya tidak masalah kalau kalah, saya sportif. Menghargai kekalahan dan kemenangan asalkan sportif. Tidak masalah kalau saya harus kalah. Tapi yang saya sesalkan adalah komentar jurinya. Lukisan saya, gambar saya ditaruh di urutan terakhir karena tidak ada gunungnya! Menurut jurinya, pemandangan itu harus ada gunungnya! What?

Memangnya pemandangan itu harus ada gunungnya? Memangnya semua pemandangan di dunia ada gunungnya? Memangnya semua tempat punya gunung? Saya memang ingin yang beda, jadi saya tidak menggambar gunung. Memangnya salah kalau tidak menggambar gunung? Saya, kelas 5 SD, 10 tahun, berpikir semacam itu. Pandangan tajam langsung saya arahkan kepada juri.

Waktu itu saya menggambar pemandangan pantai. Lautnya cerah berwarna biru. Pasir pantainya warna garam dan lada. Di kiri bawah ada semak rerumputan dan tanaman bunga sepatu yang sedang mekar dengan catiknya. Bunganya agak besar karena dalam jarak pandang yang dekat. Di atas bunga ada burung kolibri yang siap menghisap sarinya. Di tepian pantai ada burung bangau dengan kakinya yang jenjang, sedang mengisi perut mencari ikan-ikan. Di kanan bawah ada pohon kelapa yang menjulang sampai ke tengah kertas. Daunnya hijau melambai menyambut angin, dengan segerombolan buah kelapa yang menggoda. Di dekatnya ada batu karang, di atasnya duduk seorang pemancing yang mengarahkan kailnya ke laut. Di laut, ada perahu nelayan. Nampak kecil karena berada di kejauhan. Semantara itu matahari hampir tenggelam. Warnanya agak oranye dan memantul di lautan. Berkelok-kelok terkena ombak. Semantara itu di langitnya ada burung burung. Tidak ada gunung. Tidak ada!