Ya ampun, aku sudah ingin ngeblog soal ini sejak berapa juta waktu
yang lalu. Lebay ya. Tepatnya sejak peristiwa "tragedi Bintaro 2",
tabrakan antara truk tangki bbm dan krl di perlintasan sebidang di
Bintaro. Gerbong yang paling banyak korbannya adalah gerbong wanita yang
ada di belakang loko. Duh.. Jadi ingat Prameks pernah terguling, dan
yang terguling adalah gerbong wanita yang ada di paling belakang.
Bukan salahnya kalau gerbong wanita yang kena. Gerbong wanita memang
biasanya berada di paling depan atau paling belakang. Supaya gampang
dicari, supaya gampang dituju, supaya gampang dikenali. Kalau berada di
tengah, rasanya akan sulit diakses. Ya kalau dari luar masih bisa
dikenali, misalnya warna gerbongnya pink. Kalau sudah di dalam gerbong,
interiornya sepertinya sama.
Selama ini kalau naik kereta, Prameks, aku jarang di gerbong wanita.
Kecuali kalau terpaksa, misalnya kursi kosong habis dan adanya di
gerbong wanita. Itu baru aku kesana. Lagipula di Prameks gerbong wanita
pun suka ada pria. Kondektur, penjual makanan, atau penumpang biasa yang
tidak ketauan. Lebih enak di gerbong biasa kok kalau naik Prameks. Bisa
bareng sama teman-teman dan pemandangannya lebih bervariasi :p
Tapi kalau krl, mending di gerbong wanita. Sesaknya minta ampun
apalagi kalau jam sibuk. Penumpang pria kadang suka aneh-aneh. Jadi
mending di gerbong wanita deh. Ada juga sih yang aneh-aneh, tapi
setidaknya sesama wanita.
Ya semoga nggak ada lagi ya kecelakaan kereta semacam itu. Apalagi
kalau yang kena tuh gerbong wanita, seremnya berlipat. Bukan soal
pembedaan antara pria-wanita. Tapi aku jadi membayangkan diriku kalau di
situasi itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar