Jumat, 31 Januari 2014

Gerbong Wanita

Ya ampun, aku sudah ingin ngeblog soal ini sejak berapa juta waktu yang lalu. Lebay ya. Tepatnya sejak peristiwa "tragedi Bintaro 2", tabrakan antara truk tangki bbm dan krl di perlintasan sebidang di Bintaro. Gerbong yang paling banyak korbannya adalah gerbong wanita yang ada di belakang loko. Duh.. Jadi ingat Prameks pernah terguling, dan yang terguling adalah gerbong wanita yang ada di paling belakang.

Bukan salahnya kalau gerbong wanita yang kena. Gerbong wanita memang biasanya berada di paling depan atau paling belakang. Supaya gampang dicari, supaya gampang dituju, supaya gampang dikenali. Kalau berada di tengah, rasanya akan sulit diakses. Ya kalau dari luar masih bisa dikenali, misalnya warna gerbongnya pink. Kalau sudah di dalam gerbong, interiornya sepertinya sama.

Selama ini kalau naik kereta, Prameks, aku jarang di gerbong wanita. Kecuali kalau terpaksa, misalnya kursi kosong habis dan adanya di gerbong wanita. Itu baru aku kesana. Lagipula di Prameks gerbong wanita pun suka ada pria. Kondektur, penjual makanan, atau penumpang biasa yang tidak ketauan. Lebih enak di gerbong biasa kok kalau naik Prameks. Bisa bareng sama teman-teman dan pemandangannya lebih bervariasi :p

Tapi kalau krl, mending di gerbong wanita. Sesaknya minta ampun apalagi kalau jam sibuk. Penumpang pria kadang suka aneh-aneh. Jadi mending di gerbong wanita deh. Ada juga sih yang aneh-aneh, tapi setidaknya sesama wanita.

Ya semoga nggak ada lagi ya kecelakaan kereta semacam itu. Apalagi kalau yang kena tuh gerbong wanita, seremnya berlipat. Bukan soal pembedaan antara pria-wanita. Tapi aku jadi membayangkan diriku kalau di situasi itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar